Rorokembang Tulungagung – Ribuan warga dikawasan Sekitar Blitar dan Tulungagung, berburu ikan mabuk di sepanjang aliran sungai Brantas, saat dilakukan flushing Waduk atau pengurasan untuk membersihkan sedimen lumpur di dasar Waduk.
 Karena derasnya aliran air bercampur lumpur, membuat ikan menjadi mabuk dan mudah ditangkap.
Kegiatan Tahunan yang disebut PLADU ini selalu dinantikan warga yang berbondong-bondong memadati sepanjang aliran sungai brantas untuk mencari Ikan Mabuk Tersebut selasa, 22/03/22
    Proses PLADU (Flushing) Dasar Waduk Dan Bendungan Di Aduk Menggunakan Mesin khusus untuk mengencerkan lumpur mengendap yang membuat dangkal bendungan dan waduk.Hal itu membuat berton-ton ikan ikut sekarat karena air yang bercampur lumpur.
 Setelah proses itu selesai kemudian pintu airnya dibuka untuk proses pengeringan waduk.Bisa dibayangkan berapa banyak air bercampur lumpur yang mengalir melewati sungai pasca bendungan di Keringkan.Sehingga Ikan2 disepanjang Aliran sungai-pun ikut sekarat diterjang air bah dan lumpur dari bendungan.Pada saat Proses ini Warga tidak ada yang masuk ke sungai karena derasnya arus,biasanya hanya mengais ikan dari pinggiran sungai.
 Setelah Air di Bendungan dan Waduk Kering Barulah Pintu air di tutup kembali agar waduk dan bendungan kembali penuh dengan air.
Mengisi air pada Waduk Dan Bendungan yang kering itu butuh waktu berjam-jam (makanya kegiatan ini diadakan pada musim hujan).
Saat pintu air Waduk Dan Bendungan di Tutup Otomatis Aliran Sungai Dibawahnya Menjadi kering,pada saat sungai kering itulah para warga berebut memunguti ikan-ikan yang sekarat tadi disepanjang aliran sungai Brantas.
Ratusan warga dari berbagai usia, mulai anak-anak, remaja hingga orang tua, Sabtu beramai-ramai turun ke sungai jaringan irigasi pertanian di Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, demi berebut ikan “mabuk” saat dilakukan pladu atau penggelontoran lumpur dengan membuka pintu cekdam untuk mencegah pendangkalan.
Aksi berebut ikan bersamaan dengan pladu yang dilakukan setiap tahun itupun mendapat perhatian masyarakat. Banyak yang ikut turun ke sungai untuk ikut menangkap ikan, menjaring dari tepi sungai dan sebagian lainnya hanya menonton dari bantaran sungai.
Warga menggunakan aneka cara untuk menangkap ikan. Ada yang menggunakan jaring tebar, jaring gayung, nampan dari anyaman bambu dan bahkan tak sedikit yang menggunakan tangan kosong.
Warga terlihat antusias berburu ikan mabuk akibat penggelontoran air dari pintu cekdam yang dibuka, meski ikan tangkapan mereka tidak banyak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Saat konfirmasi pencari ikan “Ini ikannya masih gesit sehingga agak sulit ditangkap,” kata mahfud (37), salah seorang warga yang ikut berburu ikan di bawah jembatan Ngujang 1. Warga yang berburu ikan mabuk dengan tangan kosong dalam tradisi pladu atau pengeringan Ikan-ikan hasil tangkapan biasanya mereka santap untuk lauk makan siang dan sore. Sebagian lain menggunakannya untuk merayakan kegembiraan bersama kelompoknya dengan cara dimasak bersama, dibakar ataupun digoreng menjadi lauk makan nasi.namun kali ini masih sedikit yang bisa di tangkap.
Kabar akan adanya pladu sudah dinantikan ratusan warga dari berbagai desa di sekitar aliran sungai irigasi pertanian Kalidawir-Boyolangu.
Sejak pagi hari bahkan mereka sudah mengantre sampai pintu Cekdam Kalidawir dibuka penuh beberapa lama sehingga aliran air meluap besar.
Setelah lumpur di sekitar cekdam terangkat dan terbawa arus, pintu cekdam kembali ditutup sehingga aliran
Perubahan tekanan dan arus yang sangat cepat inilah yang membuat biota ikan di ekosistem sungai irigasi ini menjadi “mabuk”, akibat air yang seperti diaduk-aduk sangat kuat.
“Selain sebagai salah satu cara membersihkan lumpur di dam atau waduk, acara pladu ini juga menjadi hiburan bagi masyarakat sekitar,” terang juru pengairan setempat.
T. Santoso


















